Membangun Kekuatan Masyarakat Adat: Sekolah Adat Jero Juangga Penyonggok Tetebatu Selatan Gelar Kemah Budaya

Peserta Kemah Budaya atraksi permainan tradisional, Sabtu, 31 Agustus 2024, malam.

AMAN NTB – Sekolah Adat Jero Juangga, yang berada di Dusun Penyonggok, Desa Tetebatu Selatan, Kecamatan Sikur, Lombok Timur, menggelar acara Kemah Budaya sebagai bagian dari upaya melestarikan dan mengembangkan kearifan lokal yang ada di wilayah tersebut.

Kegiatan ini berlangsung Sabtu – Minggu, bertujuan memperkuat identitas budaya masyarakat adat setempat sekaligus menjadi media edukasi bagi generasi muda untuk mengenal lebih dalam tradisi dan warisan leluhur mereka.

Lalu Suryadarma, Pembina sekaligus Kepala Sekolah Adat Jero Juangga, mengungkapkan bahwa peserta Kemah Budaya ini terdiri dari anak-anak usia dini hingga pemuda setempat. Mereka diajak untuk mengenal dan mempelajari tradisi, seni, dan nilai-nilai adat yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi.

“Proses pembelajaran akan terjadwal tiga hari dalam seminggu. Semua tradisi leluhur akan dipelajari. Sejarah ini sebelumnya hanya terdengar sebagai cerita, namun dengan adanya sekolah adat, diharapkan warisan leluhur yang hampir punah dapat hidup kembali dan menjadi wujud menjaga identitas masyarakat serta menanamkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Lalu Suryadarma. Sabtu, 31 Agustus 2024.

Baca juga: Pemangku Adat Sembalun Tegaskan Pentingnya Penguatan Adat di Tengah Perkembangan Zaman

Hidupkan kembali tradisi yang terlupakan

Sekolah Adat Jero Juangga didirikan dengan visi untuk menghidupkan kembali tradisi-tradisi adat yang hampir terlupakan di tengah perkembangan zaman. Kegiatan Kemah Budaya ini menjadi salah satu upaya nyata untuk mencapai visi tersebut.

Peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang tradisi dan budaya, tetapi juga dilibatkan dalam berbagai aktivitas praktis yang memungkinkan mereka merasakan langsung bagaimana tradisi-tradisi tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, mereka diajarkan cara membuat kerajinan tradisional, memainkan alat musik tradisional, serta mempelajari ritual-ritual adat yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat.

Selain itu, acara ini juga bertujuan untuk menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas budaya di kalangan masyarakat, terutama di kalangan generasi muda. Di tengah arus globalisasi dan modernisasi yang semakin pesat, ada kekhawatiran bahwa generasi muda akan semakin jauh dari akar budaya mereka. Melalui kegiatan seperti Kemah Budaya ini, diharapkan generasi muda akan tetap terhubung dengan warisan leluhur mereka dan merasa bangga menjadi bagian dari masyarakat adat.

Jadi Garda terdepan perkuat posisi Masyarakat Adat 

Lalu Ikhwan Juliwandi, Fasilitator Sekolah Adat Jero Juangga, menegaskan komitmennya untuk menjadi garda terdepan dalam melindungi hak-hak masyarakat adat serta memperkuat posisi mereka dalam berbagai aspek kehidupan. Menurutnya, perlindungan terhadap hak-hak masyarakat adat tidak hanya penting untuk menjaga keutuhan budaya, tetapi juga untuk memastikan bahwa masyarakat adat tetap memiliki suara dan peran dalam pembangunan daerah.

“Ini merupakan kemah ketiga yang kami selenggarakan. Setelah mengikuti Musyawarah Besar Sekolah Adat di Osing, kami semakin optimis dan menambah jejaring serta pengetahuan dalam mengelola pendidikan adat di wilayah adat kami,” kata Lalu Ikhwan Juliwandi.

Baca juga: Perkuat Komitmen Perjuangan Masyarakat Adat, AMAN Lobar Gelar Pendidikan Kader

Kemah Budaya ini tidak hanya menjadi sarana pendidikan bagi generasi muda, tetapi juga menjadi wadah bagi masyarakat adat untuk berkumpul, berbagi pengetahuan, dan memperkuat solidaritas di antara mereka. Dengan status Desa Tetebatu Selatan sebagai Desa Wisata, kegiatan ini juga dinilai penting untuk memperkuat tradisi budaya setempat, yang merupakan daya tarik utama bagi wisatawan yang datang ke desa tersebut.

Melibatkan Mahasiswa KKN 

Kemah Budaya ini diawali dengan deklarasi pengurus Sekolah Adat yang dihadiri oleh Ketua Pengurus Wilayah (PW) AMAN, Lalu Prima Wira Putra. Acara tersebut juga melibatkan mahasiswa yang sedang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tetebatu Selatan, yang turut membantu dalam pelaksanaan kegiatan. Mahasiswa KKN ini juga ikut belajar dan berpartisipasi dalam kegiatan Kemah Budaya, sehingga mereka tidak hanya memberikan kontribusi, tetapi juga mendapatkan pengalaman berharga dalam memahami dan menghargai budaya lokal.

Ketua AMAN NTB menambahkan, “Diharapkan agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan guna memperkuat budaya dan tradisi lokal di tengah arus modernisasi yang kian pesat.” Dengan demikian, acara seperti Kemah Budaya di Sekolah Adat Jero Juangga ini tidak hanya berperan dalam melestarikan kearifan lokal, tetapi juga membangun jembatan antara generasi lama dan generasi baru dalam upaya menjaga warisan budaya yang tak ternilai.

Lalu Kamaruddin, salah satu mahasiswa Universitas Hamzanwadi menyatakan tergugah atas kegiatan kemah budaya di tempat ia KKN.
” Sangat bagus agar budaya kita tidak punah dari dampak modernisasi,” katanya.

Senada juga dikatakan Rezaniya, Mahasiswi Universitas Gunung Rinjani di Lombok Timur, mengapresiasi kegiatan Kemah Budaya yang dilakukan oleh Sekolah Adat Jero Juangga. Ia menilai kegiatan ini sebagai langkah konkret dalam menciptakan rasa cinta terhadap warisan leluhur dan meningkatkan semangat perjuangan untuk hak-hak masyarakat adat.

“kegiatan ini memberikan pengalaman yang mendalam untuk turut mendorong semangat masyarakat adat. Kegiatan seperti ini sangat penting dalam memastikan bahwa generasi muda kita tidak melupakan akar budaya mereka. Di tengah arus modernisasi, kita harus terus menjaga dan merawat warisan leluhur kita,” katanya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *