“Putri Cilinaya”
“PUTERI CILINAYA”
Journalis Warga.Dikisahkan Seribu tahun lalu, hiduplah dua raja bersaudara, seorang berkuasa di Daha sebagai Raja Daha dan sang adik berkuasa di Keling sebagai Raja Keling.
Raja Daha dan Raja Keling belum beruntung karena belum juga dikaruniai anak. Akhirnya mereka pergi ke sebuah bukit yang bernama Batu Kemaras. Di sanalah mereka masing-masing bernazar seandainya mereka dikaruniai anak.
Raja Keling bernazar sederhana jika dia dikaruniai anak ia akan datang lagi ke Bukit Kemeras dengan membawa Sirih Pinang sementara Raja Daha bernazar akan memotong kerbau berselimut sutra, bertanduk emas dan berkuku perak.
Atas izin Tuhan tak lama berselang dua raja bersaudara itu dikaruniai masing-masing seorang anak. Raja Daha dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat cantik dan Raja Keling di karuniai seorang anak laki-laki yang sangat tampan.
Tibalah saatnya mereka untuk bernazar. Mereka datang ke Batu Kemaras dengan membawa anak dan permaisurinya masing-masing lengkap dengan dayang-dayang, penggawa dan prajurit.
Meski Raja Keling bernazar hanya akan membawa sirih pinang tapi karena rasa syukur yang tak terhingga Raja Keling datang membawa kerbau berselimut sutra, berkuku perak dan bertanduk emas sementara Raja Daha yang dulu bernazar besar ternyata tidak memenuhi janjinya karena dia datang hanya dengan membawa anak kerbau biasa.
Selesai bernazar keduanya pulang ke negeri masing-masing. Rombongan Raja Keling mengambil arah yang berbeda menuju negeri keling dan rombongan Raja Daha mengambil jalan ke negeri Daha.
Di tengah perjalanan menuju Negeri Daha datanglah angin puting beliung yang amat kencang. Puteri Raja Daha terbang ke angkasa terbawa angin kencang. Raja dan permaisuri menangis sedih menyaksikan semua ini. Para Dayang dan pengasuh histeris menangisi nasib sang puteri mereka yang terbang dibawa angin .
Setelah terbang terbawa angin melewati padang, bukit dan gunung-gunung bayi perempuan Puteri Daha akhirnya mendarat di sebuah . Taman itu dijaga oleh sepasang suami isteri bernama Amaq Bangkol dan Inaq Bangkol. Amaq Bangkol menemukannya di tepi telaga taman itu ketika dia bersih-bersih di sekitar situ. Alangkah terkejutnya hati Amaq dan Inaq Bangkol menemukan bayi itu. Mereka yang selama ini sangat merindukan anak sangat gembira sekali mendapatkan seorang bayi perempuan yang sangat cantik. Bayi itu segera dibawa pulang dan kemudian diberi sebuah nama yang indah” CILINAYA.”
Seiring dengan berjalannya sang waktu Cilinaya tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan cerdas. Tidak itu saja selain cantik dan cerdas Cilinaya juga pandai memasak, menenun dan berbagai keterampilan wanita lainnya dia kuasai. Betapa sempurnanya gadis seperti Cilinaya.
Pada suatu hari Putera Mahkota Raja Keling yang bernama Raden Panji pergi berburu ke daerah di mana Amaq dan Inaq Bangkol tinggal. Di luar dugaan Raden Panji datang berkunjung ke rumah Amaq dan Inaq Bangkol. Tapi sebelumnya Amaq dan Inaq Bangkol sudah menyuruh Cilinaya bersembunyi di bawah buluh terunduk benang (alat tenun dari bambu) , karena mereka tidak mau kalau sang pangeran tahu akan keberadaan Cilinaya. Mereka sangat takut akan kehilangan Cilinaya.
Sang Pangeran menyampaikan maksudnya kalau dia pernah bermimpi tentang seorang perempuan cantik dan kecantikannya konon melebihi kecantikan seorang bidadari dari khayangan. Raden Panji ingin sekali bertemu dengan puteri itu. Tapi Amaq dan Inaq Bangkol mengatakan bahwa mereka tidak tahu menahu tentang puteri itu dan mempersilahkan Raden Panji memeriksanya di dalam rumah kalau sang pangeran tidak percaya. Raden Panji menjawab tantangan Amaq Bangkol untuk membuktikannya dan mulai mencari puteri dalam impiannya itu di sekeliling isi rumah Amaq Bangkol. Tapi sebelumnya Amaq Bangkol harus berjanji kalau memang puteri itu ada dia akan menjadikannya sebagai isteri dan menjadikan Amaq dan Inaq bangkol sebagai mertuanya. Dengan hati berdebar Amaq dan Inaq Bangkol menyaksikan Raden panji menggeledah seluruh isi rumahnya.
Raden Panji sudah mencarinya di bawah tempat tidur, di gulungan tikar dalam gerobak dan tempat-tempat lainnya tapi puteri itu tidak diketemukannya, Raden Panji hampir putus asa tapi ketika ia melangkah keluar dari pintu utama dia melihat sehelai rambut perempuan di hulu kerisnya. Raden Panji percaya bahwa itu tentu atas petunjuk dari yang maha kuasa, maka segeralah ia mencari asal rambut itu dan berkat kegigihannya Raden panji bisa menemukan Cilinaya di bawah buluh terundak benang.
Raden Panji pun akhirnya menikahi Cilinaya dan hidup bahagia dengan tinggal bersama Amaq dan Inaq Bangkol. Setelah berselang setahun Raden Panji pulang ke istana untuk memberitahu sang ayah kalau dia sudah mempunyai seorang isteri yang cantik. Tapi ternyata Raja Keling sangat kecewa karena Raden Panji menikah hanya dengan seorang anak penjaga taman. Berbagai usaha dilakukan sang raja untuk memisahkan kembali Raden panji dan Cilinaya tapi tidak berhasil. Raja Keling mengatur siasat keji dengan memerintahkan para pengawal untuk membunuh Cilinaya dan pada saat yang sama Raja Keling menyuruh Raden Panji pergi berburu untuk mencari hati rusa untuk obat sang raja yang sedang sakit.
Ketika Raden Panji sedang pergi berburu para pengawal membawa Cilinaya ke daerah pantai yang bernama Tanjung Menangis. Cilinaya yang baru saja melahirkan membawa serta bayinya ke Tanjung Menangis. Sesampai di pantai para pengawal menyampaikan maksud yang sebenarnya membawa Cilinaya ke sana. Para pengawal berkata bahwa mereka hanya melaksanakan titah Sang Baginda Raja. Dengan berurai air mata Cilinaya berkata bahwa dia rela mati kalau itu memang titah Sang Prabu tapi sebelumnya Cilinaya mohon ijin untuk memetik buah maja sebagai pengganti tempat anaknya menyusu. Dan Cilinaya berpesan seandainya nanti kalau dia sudah mati dan darahnya berbau amis itu tandanya ia orang biasa tapi kalau darah itu berbau harum itu artinya dia juga anak seorang raja. Kemudian Cilinaya memandang langit lepas berdoa kepada Yang Kuasa memohon kekuatan dan segera memerintahkan para pengawal untuk melaksanakan titah sang Raja.
Cilinaya tergeletak mati di bawah pohon ketapang, darahnya mengalir di pasir pantai dan dengan kuasa yang maha kuasa darah itu mengeluarkan bau yang sangat harum. Seorang bayi tergolek di sampingnya sambil memeluk buah maja.
Raden Panji yang pulang berburu kebetulan lewat di Pantai Tanjung Menangis dan dia beserta pengawalnya mendengar tangis seorang bayi. Mereka mencari-cari dan akhirnya bertemu dengan bayi itu yang tergolek di samping mayat seorang perempuan. Alangkah kagetnya Raden Panji ketika dia tahu kalau perempuan itu adalah Cilinaya isterinya dan bayi itu adalah anaknya.
Seketika itu langit bergemuruh dan petir bersahutan saling sambar menyambar. Sebuah suara gaib terdengar menyuruh Panji untuk segera membuat peti mati untuk isterinya dan menghanyutkannya ke tengah laut. Suara gaib itu juga berpesan kelak dengan kuasa Tuhan yang Maha Kuasa Raden Panji akan bertemu kembali dengan isterinya. Raden Panji segera melaksanakan perintah itu dengan membuat peti mati dari kayu yang banyak terdapat di daerah itu.
Setelah peti mati selesai Raden Panji memberi tali sepanjang seribu depa dan memasukan mayat isterinya ke dalam peti lalu melarungnya ke laut. Ujung tali panjang seribu depa tetap dipegangnya dan dia berjalan sepanjang pantai mengikuti ke mana arah peti mati itu bergerak. Ketika badai datang tali itu putus dan peti mati terbawa jauh ke tengah samudra. Raden Panji memandang peti mati isterinya dengan hati yang tersayat-sayat. Kemudian Raden Panji pulang sambil menggendong puteranya. Bayi mungil itu diberinya nama RADEN MEGATSIH.
Peti mati Cilinaya terus hanyut dan akhirnya terdampar di negeri DAHA. Pada saat itu Permaisuri Raja Daha sedang mengadakan pesta di tepi pantai. Dan alangkah terkejutnya dia ketika melihat sebuah peti mati terdampar di pantai. Dia menyuruh pengawal untuk membukanya. Alangkah terkejutnya semua ketika dari dalam peti itu bangkit seorang perempuan cantik. Perempuan cantik itu adalah Cilinaya dan Cilinaya akhirnya diangkat menjadi anak oleh Raja Daha.
Selang beberapa tahun kemudian Raja Daha mengadakan pesta sabung ayam. Pesta itu terlihat sangat meriah sekali karena diikuti oleh para raja lain dari negeri sahabat. Mereka mempertaruhkan wilayah kerajaan dengan cara bersabung ayam. Siapa yang kalah harus menyerahkan sebagian atau seluruhnya wilayah kerajaan mereka kepada pihak pemenang. Mereka mempertaruhkan wilayah negeri masing-masing.
Di antara para peserta sabung ayam terdapat seorang anak lelaki kecil membawa ayam jago berbulu hijau, berjengger merah dan berekor indah. Kokoknyapun bersuara aneh dengan berbunyi “do do panji kembang ikok maya..ayahku Panji ibuku Cilinaya“ semua orang terkesima mendengar kokok ayam aneh itu. Tak terkecuali Cilinaya yang juga berada di situ, dia sangat gembira karena anaknya sudah datang untuk menemuinya. Anak lelaki kecil itu adalah Raden Megatsih.
Raden Megatsih menantang ayam Raja Daha dan pertaruhannya adalah sebagian wilayah kerajaan Daha akan diberikan kepada Megatsih kalau dia berhasil keluar sebagai pemenang. Pertarunganpun dimulailah..namun sungguh ajaib dalam satu gebrakan saja, ayam Raja Daha terkapar mati. Raja Daha menepati janjinya dan memberikan sebagian wilayahnya kepada Raden Megatsih. Putri Cilinaya sangat bersuka cita dan segera menemui Megatsih dan memberitahu bahwa ia adalah ibunya Megatsih.
Raden Megatsih pulang memberitahu ayahandanya Raden Panji bahwa ia sudah bertemu dengan ibunya..Cilinaya.
Raden Panji hampir tidak percaya mendengar penuturan anaknya dan segera ia pergi ke kerajaan Daha untuk membuktikannya. Ternyata benar bahwa isterinya Cilinaya masih hidup dan masa bahagiapun tiba karena mereka kini bersatu kembali sebagai suami isteri yang saling mencinta.
TAMAT