Ngabuburit, Gasingan ala Suku Sasak Lombok

Jurnaliswarga-Lombok Timur. Banyak aktivitas masyarakat Adat suku Sasak di Pulau Lombok yang tak terlewatkan begitu saja untuk diapresiasi. Terlebih di bulan suci Ramadhan, beragam kegiatan dimanfaatkan, sembari menungggu beduq magrib pertanda buka puasa tiba.

Salah satu Komunitas masyarakat Adat Montong Baan, Kecamatan Sikur, Lombok Timur manfaatkan waktu mengisinya dengan permainan begasingan, permainan tradisonal suku Sasak yang sudah cukup dikenal dan melegenda. Permainan ini tidak hanya muncul saat memeriahkan hari besar nasional semacam peringatan HUT kemerdekaan RI. Ataukah saat Pemilu yang digelar salah satu parpol atau konstentan Pilkada. Namun aktivitas ini muncul juga di bulan Ramadhan menjelang tibanya waktu berbuka. “Kegiatan yang bagus dan positif, disamping itu sebagai hiburan dan upaya pelestarian budaya,” tutur ketua Komunitas adat Montong Baan, Jumawang”.

Dijelaskannya, dalam permainan ini ada kesempatan saling memukul gasing lawan yang dalam bahasa Sasak disebut “memantok”, katanya.

Sahri mengatakan selama bulan puasa ini beberapa kali mengunjungi kelompok pecandu gasing lainnya di Lombok Timur.

“Bermain gasing sambil ngabuburit ini adalah upaya kami mempertahankan tradisi,” terangnya.

Begasingan adalah salah satu permainan yang mempunyai unsur seni dan olahraga. Selain itu, gasing merupakan permainan yang tergolong cukup tua di masyarakat Sasak.
Begasingan ini berasal dari dua suku kata yaitu Gang dan Sing yang artinya ; Gang adalah lokasi lahan/lorong, Sing artinya suara.

Permainan ini biasanya dilaksanakan pada tempat atau lokasi yang kosong tidak seperti permainan lain.

Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan yang tetap berpegang kepada petunjuk dan aturan yang berlaku di tempat permainan itu.

Nilai yang berkembang di dalamnya selalu mengedepankan saling menghormati dan rasa kebersamaan cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan tujuan dan menjunjung tinggi nilai luhur yang menjadi kebanggaan jati diri.

Permainan ini biasanya dilakukan semua kelompok, umur dan jumlah pemain tergantung kesepakatan kedua belah pihak di lapangan.

Gasing yang besar namanya pemantok (pemukul), khusus dipakai memukul. Gasing kecil dinamai pengorong atau pelepas, khusus untuk diputar atau dipasang untuk segera dipukul. Gasing Suku Sasak Lombok bahannya terdiri dari kayu asam dan besi, pinggirnya dari besi baja kolaher yang dipandai. Besinya dirawat menggunakan Autosol yang sebelumnya dibersihkan dengan amplas terlebih dahulu.untuk mempercantik penampilan, biasanya gasing dicat warna-wani sesuai keinginan pemilik.Gasing dengan ukuran besar memiliki harga yang cukup tinggi dari 700 hingga 1juta rupiah.Namun harga ini tidak jadi masalah bagi pecinta gasing di Pulau Lombok.(Nil)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *