Ratusan Rumah Adat Berdiri Kokoh Pasca Gempa

www.ntb.aman.or.id-Pulau Lombok memang berada pada deret lempeng tektonik yang bisa memicu terjadinya gempa. Pun demikian dengan gunung api. Lombok memiliki gunung yaitu gunung Rinjani yang berapi yang bisa memicu terjadinya gempa. Berada dalam lingkup kondisi geografis seperti itu, tak aneh jika Lombok terjadi gempa.

Gempa 7,0 SR yang mengguncang Pulau Lombok, dua pekan lalu. Mengakibatkan banyak korban meninggal dunia dan ribuan mengalami luka-luka karena rangkaian gempa yang mengguncang Lombok.

Sejak gempa pertama pada hari Minggu (29/7/18) BMKG mencatat ratusan gempa susulan mengguncang pulau Lombok.

Bangunan beton yang awalnya berdiri kokoh hancur berantakan. Rumah warga roboh terkena guncangan gempa. Sekolah dan masjid juga tak luput rusak karenanya. Namun, ada satu pemandangan unik yang nampak selepas gempa.

Ketika puing-puing bangunan beton berserakan, justru ada pemandangan menarik, ratusan rumah adat khas suku sasak Lombok masih berdiri kokoh.

Hal tersebut seakan menampar kesombongan kita selaku generasi muda. Bahwa tak selamanya peninggalan nenek moyang itu kuno dan ketinggalan zaman. Inovasi beton yang disebut sebagai bahan yang kuat, nyatanya kalah dari pilihan leluhur kita yang memanfaatkan kekayaan alam di sekitar.

Salah satu bukti nyata Rumah adat Komunitas Limbungan di Dusun Limbungan Desa Perigi Kecamatan Suela Kabupaten Lombok Timur terbukti masih berdiri kokoh setelah serangan gempa. Kalau dilihat dari letak dan posisinya rumah adat Limbungan berada di pegunungan berdekatan dengan pusat gempa, bahkan sangat dekat dengan Kecamatan Sembalun di bawah kaki gunung rinjani tentu tidak luput dari goncangan gempa.

Rumah tradisional asli suku sasak
dengan Konstruksi yang sangat sederhana ternyata ampuh menahan gempa.

Konstruksinya yang lentur bahkan mampu menahan gempa berkekuatan 7.0 SR sekalipun.

Rahasianya terletak pada kontruksi yang didominasi kayu yang disatukan oleh pasak, rumah berpondasi batu dan tanah, berdinding bambu, bertiang kayu dan atap terbuat dari alang-alang. Tiang bangunan bagian bawah juga dialas dengan batu agar bisa menahan getaran.

Disamping itu biasanya orang terdahulu kita lebih mengutamakan kearifan lokal dan bisa membaca kondisi alam walaupun dilakukan dengan nalar secara tradisional.Nl

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *